Kamis, 09 Januari 2014

Langit Kopi Susu

Orang-orang hebat sedang berkumpul membahas tentang film yang akan dieksekusi beberapa minggu lagi. Semangat mereka yang membuatku menahan gelisah karena cahaya dari luar sudah memanggilku dengan warna kuningnya yang mempesona. Sama seperti kemarin, cahaya itu masuk kedalam ruangan dan membuat suasana menjadi romantis. Rapat telah usai. Aku buru-buru keluar dan merencanakan tujuan.

Tak apalah beberapa bulan ini jarang sekali ada cerita aku yang menikmati senja bersama kekasih. Sekarangpun tidak. Tidak bisa. Tapi, penambahan cerita tetap ada, aku dan Senja. Dialah yang aku tahu paling setia bersama sore. Pun aku bukan yang setia menemuinya ketika dia datang. 

Aku mulai dari jalan yang menanjak, agar aku bisa lihat dia dari bawah lalu dari atas. Jembatan yang dibilang kembar di kota Jember adalah salah satu tempat favorit meneju senja. Selain yang lain, tempat inilah yang paling dekat dengan tempat rutinitasku. Cepat sekali pergantian warnanya. Langit tak semua berwarna jingga lagi. Ada perpaduan warna gelap. Tepat di tanjakan, diatasku langit sedang berkenalan seperti kopi dan susu yang akan dicampur. Perbedaan warna yang menggiurkan untuk diminum. 

Sampai di daratan yang rata dibagian atas, mobil volkwagen macam bus lewat dengan plat nomor yang manis. Lagi-lagi mengingatkan tentang rasa minuman tadi. Dijembatan yang kedua, semua kendaraan dan lampu-lampunya lambat sekali jalannya. Perlahan, langit menitikkan air yang sangat lembut turunnya. Gerimis. Inikah pertemuan senja dan hujan? langit yang tadinya sangat mempesona bertemu dengan gumpalan awan yang mendung. Lalu lampu-lampu kendaraan mengiyakan dengan lambatnya sampai akhirnya hujan itu turun secara perlahan.

Perpaduan kopi dan susu. Pahit dan manis. Hidup yang ditakdirkan dan mati yang ditentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar