Lagi-lagi
langit sedang bertempur. Kabut hitam muncul dimana-mana. Dari ketinggian ini
aku melepas semua kekhawatiran. Menemani gumpalan-gumpalan hitam. Aku
berperang. Membuang kecemasan, menitipkan rindu, dan mengabadikan keyakinan.
Cerita
yang kudengarkan akan juga terjadi pada diriku sendiri. Sudah aku siapkan
ketangguhan untuk itu semua. Walaupun suapan cerita langsung maupun cerita yang
masih melalui perantara tidak pernah aku rencanakan masuk kedalam telingaku.
Aku
melihat bukit baru, pada pria yang berhasil menarikku bangun dari tempat
dudukku. Namun cerita-cerita itu memangkas pohon-pohon baru, atas nama yang aku
namai sendiri. Cerita yang justru sekarang menggumpalkan kabut dengan
kegelisahan didalamnya.
Tak
lama lagi, kebosanan juga akan dia temui. Tak lama lagi, berkelana akan dia
lakukan. Dan Tak lama lagi, semua cerita-cerita itu juga akan menimpaku, dan
bukit itu akan gersang. Semua karena kebiasaan. Kebiasaan terdahulu.
Tak
perlu dikhawatrikan lagi aku rasa cukup tangguh pilar yang aku bangun untuk
menahan rasa sakit. Dan tak perlu dicemaskan akan datang cepat. Aku yakin dia
masih mengingat janjinya sendiri pada orang-orang yang tak suka dengan hubungan
ini.
Namun
tawa, tak pernah lepas semenjak pilar-pilar itu kubangun dengan amat hati-hati.
Ketika waktu sudah tiba nanti, barulah aku akan tidur lama di dalam bangunan
yang kubangun pilar-pilar. Cukup lama untuk merehatkan punggung yang melulu terbalut
dan melulu terbang. Bukan lelah apalagi menyerah. Hanya saja tak ingin.
Ya..
ini hanya suatu saat nanti. Untuk bekal supaya tak lemah. Entah kapan, aku tak
ingin ini benar-benar harus terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar